Home
Crypto
Create
<pre> <b>Rawon</b> Seingat saya pertama kali mencicipi masakan ini saat saya masih kecil, seumuran anak usia taman kanak-kanak. Saat itu bapak masih kuliah di sidoarjo, melanjutkan D3 Perikanan. Kami sekeluarga diangkut ke jawa untuk waktu yang cukup lama, kurang lebih 3 tahun. Dalam kurun waktu itulah saya berkenalan dengan rawon. Waktu itu rasa rawon khas sekali dengan warnanya yang hitam, campuran dagingnya juga banyak. Ingatan saya akan citarasa rawon saat itu menjadi barometer bagi saya hingga sekarang. Setiap bertemu rawon, langsung saja saya bandingkan dengan ingatan masa kecil saya. Mungkin karena kebiasaan inilah saya merasa seperti kehilangan citarasa rawon, belum pernah saya temui rasa yang sama persis dengan rawon saat saya kecil dulu. Alhasil setiap makan rawon dalam hati kecil saya ada sedikit rasa kecewa, selalu seperti ini. Siang ini lagi-lagi untuk kesekian kalinya saya kembali merasakan kekecewaan yang sama. Namun baru kali ini saya mulai menyadari bahwa selama ini saya salah. Tidak sepatutnya ada rasa kecewa seperti itu, dan memang tidak ada gunanya merasa kecewa pada setiap rawon yang berbeda citarasanya dengan rawon saat saya kecil dulu. Siang ini saya seperti dapat hidayah baru, bahwa rawon hanyalah sebuah nama, tidak ada aturan pasti bahwa setiap rawon harus bercitarasa seperti rawon saat saya kecil. Yang saya makan siang ini adalah jerih payah ibu penjual dan hanya sebuah kesepakatan bersama saja lah yang membuat masakan siang ini dinamai rawon. Terlepas dari rawon atau bukan, saya telah dilimpahi rizki yang besar lewat tangan ibu penjual makanan, siang ini di warung "rawon" ini. Tidak lupa teh panasnya juga... 😁 </pre> #kuliner #warung-batibati #rawon #justwritesomething